Vietnam mencatat
dalam kenangan perjalanan sejarahnya dominasi 1000 tahun oleh “Kerajaan
Utara” untuk merujuk penguasaan Vietnam oleh Kekaisaran Cina dari
Dinasti Han di utara yang bermula dari sekitar 200an tahun sebelum
Masehi hingga tahun 939 Masehi. Dalam kurun waktu tersebut, Vietnam
telah diduduki sebanyak tidak kurang dari empat kali, dan sebanyak itu
pula bangsa Vietnam berhasil mengalahkan serbuan penjajah dari utara.
Sejarah Vietnam dapat ditinjau kembali ke abad ke-3 SM. Mayoritas catatan tertulis mengenai sejarah Vietnam dapat ditemukan dalam catatan-catatan sejarah Tiongkok. Sejarah Vietnam sendiri dapat golongkan dalam beberapa periode diantaranya:
1 Masa Pra-dinasti
2 Masa Dinasti-dinasti
3 Masa kolonialisme Perancis
4 Perang Vietnam
5 Pasca perang Vietnam
6 Đổi Mới
Masa Pra-dinasti
Sejarah Vietnam dapat ditarik kembali ke 2500 tahun yang lalu, namun, menurut legenda, bisa ditarik kembali ke 4000 tahun yang lalu. Vietnam, sejak abad 11 SM sampai abad 10 Masehi mayoritas berada di bawah kekuasaan kekaisaran Cina. Tahun 939 M, Vietnam merdeka secara politis, dan mulai menggunakan Champa sebagai nama negara.
Pada tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang mempersatukan Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk menaklukkan wilayah yang sekarang adalah Guangdong, Guangxi, Fujian dan utara Vietnam. Penaklukkan itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue. Setelahnya, Dinasti Qin mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3 provinsi di selatan.
Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM, Dinasti Qin terpuruk ke dalam kekacauan. Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai (sekarang Vietnam utara), Zhao Tuo mengambil kesempatan ini untuk membentuk negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja Wu. Ibukota negara Nan Yue berada di daerah Guangzhou sekarang. Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han pada tahun 111 SM. Untuk lebih 10 abad selanjutnya, Vietnam utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu, Dinasti Jin, Dinasti Selatan, Dinasti Sui dan Dinasti Tang).
Masa Dinasti-dinasti
Pada masa ini pengaruh budaya Cina sudah merasuk pada kehidupan sosial budaya bangsa Vietnam, seperti nilai-nilai ajaran Konghucu, Taoisme. Bersamaan dengan itu juga berkembang kepercayaan Tam Giao (Tiga Agama), yaitu perpaduan dari Taoisme, kepercayaan masyarakat Cina dan animisme Vietnam.
Hengkangnya dominasi Kerajaan Utara mendorong munculnya Kerajaan-Kerajaan lokal seperti Dai Viet di utara dan Champa di selatan.
Kerajaan Champa mulai terbentuk tahun 192 dan berakhir sekitar tahun 1700an seiring mulai masuknya desakan dari kekuatan-kekuatan luar. Di masa lalu, kerajaan tersebut telah menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Nusantara.
Di masa Kerajaan Champa, pengaruh budaya India deras masuk ke Vietnam. Pengaruh agama Budha dan Hindu serta kultur India mendominasi kehidupan masyarakat, yang terlihat pada bangunan-bangunan arsitektural dan kehidupan ritual masyarakatnya. Pengaruh budaya India ke Vietnam ini sebagian juga dibawa melalui Nusantara.
Periode Champa ini juga dikenal sebagai masa keemasan. Awalnya kerajaan terbagi dalam empat nagari, yaitu Amaravati (Quang Nam), Vijaya (Binh Dinh), Kauthara (Nha Trang), dan Panduranga (Phan Rang). Keempat nagari itu memiliki kekuatan armada laut yang kuat dan sering digunakan untuk mendukung kegiatan perdagangan. Pada tahun 400an Masehi, keempat nagari tersebut disatukan dalam suatu pemerintahan terpusat di bawah kendali Raja Bhadravarman. Pada 939 CE, orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian.
Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan. Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu. Feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya saat Dinasti Le pada abad ke 15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong. Antara abad ke 11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan dalam proses yang disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan kerajaan Champa dan banyak kekaisaran Khmer.
Masa Kolonialisme Prancis
Kemerdekaan Vietnam berakhir pada pertengahan abad 19 AD (Setelah Masehi), ketika Vietnam dikolonialisasikan oleh Kerajaan Perancis. Pemerintahan Perancis menanamkan perubahan signifikan dalam bidang politik dan kebudayaan pada masyarakat Vietnam. Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan dan agama Kristen diperkenalkan kepada masyarakat Vietnam.
Pengembangan ekonomi perkebunan untuk mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi, Perancis mengabaikan permintaan akan pemerintahan sendiri (self-government) dan hak-hak sipil yang terus meningkat. Sebuah pergerakan politik nasionalis dengan cepat muncul, dan pemimpin muda Ho Chi Minh memimpin permintaan akan kemerdekaan kepada League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa). Tetapi, Perancis memelihara dominasi kontrol terhadap koloni-koloninya hingga Perang Dunia II, ketika perang Jepang di Pasifik memicu penyerbuan ke Indochina. Sumber daya alam Vietnam dieksploitasi untuk kepentingan kampanye militer Jepang ke Burma, Semenanjung Malay dan India. Pada tahun terkahir perang, pemberontakan nasionalis berpasukan muncul di bawah Ho Chi Minh, melakukan kemerdekaan dan komunisme.
Menyusul kekalahan Jepang, pasukan nasionalis melawan pasukan kolonial Perancis pada Perang Indochina Pertama yang dimulai pada tahun 1945 hingga 1954. Perancis mengalami kekalahan besar pada Pertempuran Dien Bien Phu dan dalam waktu singkat setelah itu ditarik dari Vietnam. Negara-negara yang berperang dalam Perang Vietnam membagi Vietnam pada 17th parallel menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sesuai Perjanjian Geneva (Geneva Accords).
Sejarah Vietnam dapat ditinjau kembali ke abad ke-3 SM. Mayoritas catatan tertulis mengenai sejarah Vietnam dapat ditemukan dalam catatan-catatan sejarah Tiongkok. Sejarah Vietnam sendiri dapat golongkan dalam beberapa periode diantaranya:
1 Masa Pra-dinasti
2 Masa Dinasti-dinasti
3 Masa kolonialisme Perancis
4 Perang Vietnam
5 Pasca perang Vietnam
6 Đổi Mới
Masa Pra-dinasti
Sejarah Vietnam dapat ditarik kembali ke 2500 tahun yang lalu, namun, menurut legenda, bisa ditarik kembali ke 4000 tahun yang lalu. Vietnam, sejak abad 11 SM sampai abad 10 Masehi mayoritas berada di bawah kekuasaan kekaisaran Cina. Tahun 939 M, Vietnam merdeka secara politis, dan mulai menggunakan Champa sebagai nama negara.
Pada tahun 214 SM, beberapa tahun setelah Kaisar Qin Shihuang mempersatukan Tiongkok, ia mengirim bala tentara ke selatan Tiongkok untuk menaklukkan wilayah yang sekarang adalah Guangdong, Guangxi, Fujian dan utara Vietnam. Penaklukkan itu disertai dengan penaklukkan suku kuno Bai Yue. Setelahnya, Dinasti Qin mendukung migrasi suku Han secara besar-besaran ke selatan dan membentuk 3 provinsi di selatan.
Selang puluhan tahun kemudian, tahun 203 SM, Dinasti Qin terpuruk ke dalam kekacauan. Pada saat ini, pemimpin militer Qin di Nanhai (sekarang Vietnam utara), Zhao Tuo mengambil kesempatan ini untuk membentuk negara sendiri, Nan Yue, dengan Raja Wu. Ibukota negara Nan Yue berada di daerah Guangzhou sekarang. Namun, Nan Yue kemudian ditaklukkan oleh Kaisar Han Wudi dari Dinasti Han pada tahun 111 SM. Untuk lebih 10 abad selanjutnya, Vietnam utara secara langsung dikuasai oleh Dinasti Han, Dong Wu, Dinasti Jin, Dinasti Selatan, Dinasti Sui dan Dinasti Tang).
Masa Dinasti-dinasti
Pada masa ini pengaruh budaya Cina sudah merasuk pada kehidupan sosial budaya bangsa Vietnam, seperti nilai-nilai ajaran Konghucu, Taoisme. Bersamaan dengan itu juga berkembang kepercayaan Tam Giao (Tiga Agama), yaitu perpaduan dari Taoisme, kepercayaan masyarakat Cina dan animisme Vietnam.
Hengkangnya dominasi Kerajaan Utara mendorong munculnya Kerajaan-Kerajaan lokal seperti Dai Viet di utara dan Champa di selatan.
Kerajaan Champa mulai terbentuk tahun 192 dan berakhir sekitar tahun 1700an seiring mulai masuknya desakan dari kekuatan-kekuatan luar. Di masa lalu, kerajaan tersebut telah menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit di Nusantara.
Di masa Kerajaan Champa, pengaruh budaya India deras masuk ke Vietnam. Pengaruh agama Budha dan Hindu serta kultur India mendominasi kehidupan masyarakat, yang terlihat pada bangunan-bangunan arsitektural dan kehidupan ritual masyarakatnya. Pengaruh budaya India ke Vietnam ini sebagian juga dibawa melalui Nusantara.
Periode Champa ini juga dikenal sebagai masa keemasan. Awalnya kerajaan terbagi dalam empat nagari, yaitu Amaravati (Quang Nam), Vijaya (Binh Dinh), Kauthara (Nha Trang), dan Panduranga (Phan Rang). Keempat nagari itu memiliki kekuatan armada laut yang kuat dan sering digunakan untuk mendukung kegiatan perdagangan. Pada tahun 400an Masehi, keempat nagari tersebut disatukan dalam suatu pemerintahan terpusat di bawah kendali Raja Bhadravarman. Pada 939 CE, orang-orang Vietnam berhasil mengalahkan militer Tiongkok di Sungai Bach Dang dan mendapatkan kemerdekaan setelah 10 abad di bawah kontrol Tiongkok. Mereka mendapatkan otonomi secara lengkap satu abad kemudian.
Pada masa pemerintahan Dinasti Tran, Dai Viet mengalahkan tiga usaha invasi Mongol di bawah Dinasti Yuan. Tiga kali dengan pasukan yang sangat besar juga dengan persipan yang hati-hati untuk serangan mereka, tetapi tiga kali berturut-turut orang-orang Mongol dikalahkan sama sekali oleh Dai Viet. Secara kebetulan, pertempuran terakhir dimana jendral Vietnam Tran Hung Dao mengalahkan kebanyakan militer Mongol diadakan lagi di Sungai Bach Dang seperti nenek moyangnya kurang lebih 300 tahun yang lalu. Feudalisme di Vietnam mencapai titik puncaknya saat Dinasti Le pada abad ke 15, khususnya selama masa pemerintahan Kaisar Le Thanh Tong. Antara abad ke 11 dan 15, Vietnam memperluas wilayahnya ke arah Sealatan dalam proses yang disebut Nam Tien (Perluasan ke Selatan). Mereka akhirnya menaklukan kerajaan Champa dan banyak kekaisaran Khmer.
Masa Kolonialisme Prancis
Kemerdekaan Vietnam berakhir pada pertengahan abad 19 AD (Setelah Masehi), ketika Vietnam dikolonialisasikan oleh Kerajaan Perancis. Pemerintahan Perancis menanamkan perubahan signifikan dalam bidang politik dan kebudayaan pada masyarakat Vietnam. Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan dan agama Kristen diperkenalkan kepada masyarakat Vietnam.
Pengembangan ekonomi perkebunan untuk mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi, Perancis mengabaikan permintaan akan pemerintahan sendiri (self-government) dan hak-hak sipil yang terus meningkat. Sebuah pergerakan politik nasionalis dengan cepat muncul, dan pemimpin muda Ho Chi Minh memimpin permintaan akan kemerdekaan kepada League of Nations (Liga Bangsa-Bangsa). Tetapi, Perancis memelihara dominasi kontrol terhadap koloni-koloninya hingga Perang Dunia II, ketika perang Jepang di Pasifik memicu penyerbuan ke Indochina. Sumber daya alam Vietnam dieksploitasi untuk kepentingan kampanye militer Jepang ke Burma, Semenanjung Malay dan India. Pada tahun terkahir perang, pemberontakan nasionalis berpasukan muncul di bawah Ho Chi Minh, melakukan kemerdekaan dan komunisme.
Menyusul kekalahan Jepang, pasukan nasionalis melawan pasukan kolonial Perancis pada Perang Indochina Pertama yang dimulai pada tahun 1945 hingga 1954. Perancis mengalami kekalahan besar pada Pertempuran Dien Bien Phu dan dalam waktu singkat setelah itu ditarik dari Vietnam. Negara-negara yang berperang dalam Perang Vietnam membagi Vietnam pada 17th parallel menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sesuai Perjanjian Geneva (Geneva Accords).
Perang Vietnam merupkan salah satu perang terdahsyat yang diikuti
Amerika dimana Amerika kehilangan sekitar 58 ribu tentaranya yang
tewas. Jumlah korban perang Vietnam secara keseluruhan termasuk rakyat
sipil vietnam, tentara vietkong dan sebagainya mencapai lebih dari 1
juta orang. Sejarah perang ini diawali tanggal 2 September 1945 di
Hanoi, Ho Chi Minh secara umum mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam.
Ketika para komunis di Vietnam Selatan Viet Minh mengikutsertakan
pemerintahan kolonial Perancis pada perang gerilya, bermula tepat
setelah deklarasi kemerdekaan tersebut, Ho Chi Minh, pada posisinya
sebagai pemimpin pergerakkan kemerdekaan di Vietnam Utara, memutuskan
untuk bernegosiasi dengan Perancis. Alasannya adalah : pada waktu itu
lebih dari 180.000 pasukan nasionalis Cina di Vietnam Utara; Viet Minh
di Vietnam Utara merasa secara simultan liberalisasi mereka untuk
melawan kekuatan dari kolonial Perancis dan pasukan Cina.
Pada tahun 1946, setelah Perancis membangun kembali pemerintahan
kolonial mereka di Vietnam, para nasionalis Cina setuju
diberlakukannya kembali pasukan Cina dari Vietnam. Hal ini telah
terjadi, Viet Minh menambah serangan mereka terhadap kekuatan kolonial
Perancis dan memasangnya juga di bagian Selatan dan Utara Vietnam.
Ketika Perancis berhasil dalam menahan kota dibawah kekuasaan mereka,
peraturan di daerah pedalaman makin bertambah karena Viet Minh. 20
November 1953, kekuatan kolonial Perancis menempatkan sebanyak 16.000
pasukannya di Bien Phu, yaitu sebuah lembah pegunungan di sepanjang
perbatasan Vietnam Utara dan Laos Utara. Dari Dien Bien Phu, Perancis
bermaksud untuk mengawasi daerah perbatasan di antara kedua negara.
Hal ini dianggap perlu karena Viet Minh melakukan pergerakan komunis
dilengkapi dengan persenjataan di Laos, Pathet Lao.
Militer Perancis percaya bahwa Lembah Dien Bien Phu yang memiliki
panjang 19 kilometer dan lebar 13 kilometer, aman dari serangan Viet
Minh. Namun pada minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, pasukan
Vietnam dibawah pimpinan Jenderal Giap, menyiapkan penyerangan ke Dien
Bien Phu. Dengan bantuan lebih dari 200.000 orang kuli pengangkut
barang, Viet Minh mengatur pengangkutan artileri berat ke
gunung-gunung yang mengelilingi lembah Dien Bien Phu.
Pada bulan Maret 1954, Viet Minh memulai penyerangan mereka terhadap
pasukan Perancis di Dien Bien Phu. Pada tanggal 7 Mei 1954, mereka
berhasil menaklukan pusat komando Perancis. 9.500 anggota pasukan
kolonial Perancis ditangkap. Ini merupakan kekalahan paling buruk
dalam sejarah pasukan kolonial Perancis.
Lebih dari 20.000 orang Viet Minh dan lebih dari 3.000 orang Perancis
terbunuh dalam pertempuran di Dien Bien Phu. Perang antara Viet Minh
dengan Perancis yang berlangsung selama sembilan tahun, telah menelan
korban jiwa yang sangat besar. Lebih dari satu juta warga sipil,
200.000 hingga 300.000 orang Viet Minh dan lebih dari 95.000 anggota
pasukan kolonial Perancis telah kehilangan nyawanya.
Pada tanggal 20 Juli 1954 di Jenewa, negosiator Viet Minh dan Perancis
setuju membagi Vietnam menjadi dua negara bagian : komunis Vietnam
Utara dan kapitalis Vietnam Selatan.
Pada tahun 1959-1963, setelah gerilya komunis Vietnam Selatan dapat
menjatuhkan pemerintahan Diem, pemerintahan komunis Vietnam Utara
mengendalikan jalannya konfrontasi militer. Lebih dari 40.000 gerilya
Vietnam Utara masuk ke wilayah selatan, dan memberikan persenjataan
dan amunisi kepada komunis Vietnam Selatan, yang dibawa melalui
jalan-jalan kecil Ho Chi Minh di wilayah Laos dan Kamboja.
Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, Kennedy, mengirimkan
100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus
dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah
jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara.
Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh
kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Amerika bersikeras
bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan
menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara
untuk pertama kalinya. Hanya saja pada tahun 1971, diketahui bahwa dua
kapal perang Amerika telah melanggar daerah perairan Vietnam Utara.
Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling
Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga
setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara
yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan
pada Perang Dunia II.
Untuk mengurangi pembangunan industri dan penduduk negara, Vietnam
Utara memberlakukan desentralisasi total ekonomi dan evakuasi sejumlah
orang dari kota-kota. Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu
saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam.
Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand
semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan
berjumlah 1,5 juta orang.
Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi
nama Vietkong oleh AS, memiliki kekuatan 400.000 pasukan. Pada tanggal
1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional memulai serangan
Tet ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil
dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di Hué), serangan Tet
ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam.
Serangan Tet mengakibatkan perubahan sikap AS. Setelah serangan Tet,
pemerintahan AS tidak tertarik lagi ingin memenangkan perang. Tapi
mereka hanya tidak ingin kehilangan reputasinya sebagai kekuatan
militer terhebat.
Melalui operasi militer AS, angkatan udara AS melakukan pengeboman ke
wilayah Vietnam Utara, dan berakhir pada Oktober 1968. AS mulai
menarik kembali pasukan-pasukannya dari Vietnam.
Tahun 1969 di Paris, AS, Vietnam Selatan, Vietnam Utara dan Vietkong
melakukan negosiasi untuk menarik seluruh pasukan AS dari Vietnam.
Pada tahun 1972, sebelum negosiasi Paris membawa hasil, AS telah
mengurangi pasukannya sebesar 100.000 orang dari Vietnam.
Tanggal 30 Maret 1972, terjadi serangan komunis, tapi bukan oleh
Vietkong melainkan oleh pasukan Vietnam Utara yang melewati garis
demarkasi (17 derajat garis lintang utara) melanggar wilayah Vietnam
Selatan. Pengeboman yang dilakukan secara terus-menerus oleh pesawat
tempur AS, telah menyebabkan mundurnya pasukan Vietnam Utara.
Pada tanggal 27 Januari 1973, persetujuan gencatan senjata
ditandatangani di Paris dan mulai diberlakukan sejak hari itu. Pada
bulan Maret 1973, pasukan terakhir Amerika, meninggalkan Vietnam. Dua
tahun kemudian, Vietnam Utara dan kekuatan komunis Selatan memulai
serangan dengan maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan.
Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1975, pasukan
Vietnam Utara menduduki Saigon dan mengakibatkan berakhirnya perang
yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.
Amerika dimana Amerika kehilangan sekitar 58 ribu tentaranya yang
tewas. Jumlah korban perang Vietnam secara keseluruhan termasuk rakyat
sipil vietnam, tentara vietkong dan sebagainya mencapai lebih dari 1
juta orang. Sejarah perang ini diawali tanggal 2 September 1945 di
Hanoi, Ho Chi Minh secara umum mendeklarasikan kemerdekaan Vietnam.
Ketika para komunis di Vietnam Selatan Viet Minh mengikutsertakan
pemerintahan kolonial Perancis pada perang gerilya, bermula tepat
setelah deklarasi kemerdekaan tersebut, Ho Chi Minh, pada posisinya
sebagai pemimpin pergerakkan kemerdekaan di Vietnam Utara, memutuskan
untuk bernegosiasi dengan Perancis. Alasannya adalah : pada waktu itu
lebih dari 180.000 pasukan nasionalis Cina di Vietnam Utara; Viet Minh
di Vietnam Utara merasa secara simultan liberalisasi mereka untuk
melawan kekuatan dari kolonial Perancis dan pasukan Cina.
Pada tahun 1946, setelah Perancis membangun kembali pemerintahan
kolonial mereka di Vietnam, para nasionalis Cina setuju
diberlakukannya kembali pasukan Cina dari Vietnam. Hal ini telah
terjadi, Viet Minh menambah serangan mereka terhadap kekuatan kolonial
Perancis dan memasangnya juga di bagian Selatan dan Utara Vietnam.
Ketika Perancis berhasil dalam menahan kota dibawah kekuasaan mereka,
peraturan di daerah pedalaman makin bertambah karena Viet Minh. 20
November 1953, kekuatan kolonial Perancis menempatkan sebanyak 16.000
pasukannya di Bien Phu, yaitu sebuah lembah pegunungan di sepanjang
perbatasan Vietnam Utara dan Laos Utara. Dari Dien Bien Phu, Perancis
bermaksud untuk mengawasi daerah perbatasan di antara kedua negara.
Hal ini dianggap perlu karena Viet Minh melakukan pergerakan komunis
dilengkapi dengan persenjataan di Laos, Pathet Lao.
Militer Perancis percaya bahwa Lembah Dien Bien Phu yang memiliki
panjang 19 kilometer dan lebar 13 kilometer, aman dari serangan Viet
Minh. Namun pada minggu-minggu dan bulan-bulan berikutnya, pasukan
Vietnam dibawah pimpinan Jenderal Giap, menyiapkan penyerangan ke Dien
Bien Phu. Dengan bantuan lebih dari 200.000 orang kuli pengangkut
barang, Viet Minh mengatur pengangkutan artileri berat ke
gunung-gunung yang mengelilingi lembah Dien Bien Phu.
Pada bulan Maret 1954, Viet Minh memulai penyerangan mereka terhadap
pasukan Perancis di Dien Bien Phu. Pada tanggal 7 Mei 1954, mereka
berhasil menaklukan pusat komando Perancis. 9.500 anggota pasukan
kolonial Perancis ditangkap. Ini merupakan kekalahan paling buruk
dalam sejarah pasukan kolonial Perancis.
Lebih dari 20.000 orang Viet Minh dan lebih dari 3.000 orang Perancis
terbunuh dalam pertempuran di Dien Bien Phu. Perang antara Viet Minh
dengan Perancis yang berlangsung selama sembilan tahun, telah menelan
korban jiwa yang sangat besar. Lebih dari satu juta warga sipil,
200.000 hingga 300.000 orang Viet Minh dan lebih dari 95.000 anggota
pasukan kolonial Perancis telah kehilangan nyawanya.
Pada tanggal 20 Juli 1954 di Jenewa, negosiator Viet Minh dan Perancis
setuju membagi Vietnam menjadi dua negara bagian : komunis Vietnam
Utara dan kapitalis Vietnam Selatan.
Pada tahun 1959-1963, setelah gerilya komunis Vietnam Selatan dapat
menjatuhkan pemerintahan Diem, pemerintahan komunis Vietnam Utara
mengendalikan jalannya konfrontasi militer. Lebih dari 40.000 gerilya
Vietnam Utara masuk ke wilayah selatan, dan memberikan persenjataan
dan amunisi kepada komunis Vietnam Selatan, yang dibawa melalui
jalan-jalan kecil Ho Chi Minh di wilayah Laos dan Kamboja.
Pada tahun 1961, presiden AS yang baru dipilih, Kennedy, mengirimkan
100 penasihat militernya yang pertama bersama dengan satu unit khusus
dengan 400 tentara ke Vietnam. Pada tahun berikutnya, AS menambah
jumlah pasukannya di Vietnam menjadi 11.000 tentara.
Pada tanggal 2 Agustus 1964, dua kapal pesiar Amerika di tembaki oleh
kapal-kapal patroli Vietnam Utara di Teluk Tonkin. Amerika bersikeras
bahwa kapal-kapal pesiar itu berada di perairan internasional. Dan
menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk membom Vietnam Utara
untuk pertama kalinya. Hanya saja pada tahun 1971, diketahui bahwa dua
kapal perang Amerika telah melanggar daerah perairan Vietnam Utara.
Pada bulan Maret 1965, pesawat tempur AS memulai Operation Rolling
Thunder, pemboman besar-besaran terhadap Vietnam Utara. Sekitar tiga
setengah tahun kemudian, bom-bom dijatuhkan di sekitar Vietnam Utara
yang jumlahnya dua kali lebih banyak dari jumlah bom yang dijatuhkan
pada Perang Dunia II.
Untuk mengurangi pembangunan industri dan penduduk negara, Vietnam
Utara memberlakukan desentralisasi total ekonomi dan evakuasi sejumlah
orang dari kota-kota. Puncak Perang Vietnam pada tahun 1968, yaitu
saat AS mengirimkan hampir setengah juta tentaranya ke Vietnam.
Pasukan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Filipina dan Thailand
semuanya berjumlah 90.000 orang. Dan saat itu tentara Vietnam Selatan
berjumlah 1,5 juta orang.
Front Pembebasan Nasional di bawah kepemimpinan komunis, yang diberi
nama Vietkong oleh AS, memiliki kekuatan 400.000 pasukan. Pada tanggal
1 Februari 1968, kekuatan Tentara Pembebasan Nasional memulai serangan
Tet ke 105 kota-kota di Vietnam Selatan. Walaupun Vietkong berhasil
dipukul mundur dan mengalami kekalahan (kecuali di Hué), serangan Tet
ini merupakan saat yang menentukan dalam Perang Vietnam.
Serangan Tet mengakibatkan perubahan sikap AS. Setelah serangan Tet,
pemerintahan AS tidak tertarik lagi ingin memenangkan perang. Tapi
mereka hanya tidak ingin kehilangan reputasinya sebagai kekuatan
militer terhebat.
Melalui operasi militer AS, angkatan udara AS melakukan pengeboman ke
wilayah Vietnam Utara, dan berakhir pada Oktober 1968. AS mulai
menarik kembali pasukan-pasukannya dari Vietnam.
Tahun 1969 di Paris, AS, Vietnam Selatan, Vietnam Utara dan Vietkong
melakukan negosiasi untuk menarik seluruh pasukan AS dari Vietnam.
Pada tahun 1972, sebelum negosiasi Paris membawa hasil, AS telah
mengurangi pasukannya sebesar 100.000 orang dari Vietnam.
Tanggal 30 Maret 1972, terjadi serangan komunis, tapi bukan oleh
Vietkong melainkan oleh pasukan Vietnam Utara yang melewati garis
demarkasi (17 derajat garis lintang utara) melanggar wilayah Vietnam
Selatan. Pengeboman yang dilakukan secara terus-menerus oleh pesawat
tempur AS, telah menyebabkan mundurnya pasukan Vietnam Utara.
Pada tanggal 27 Januari 1973, persetujuan gencatan senjata
ditandatangani di Paris dan mulai diberlakukan sejak hari itu. Pada
bulan Maret 1973, pasukan terakhir Amerika, meninggalkan Vietnam. Dua
tahun kemudian, Vietnam Utara dan kekuatan komunis Selatan memulai
serangan dengan maksud untuk menguasai negara Vietnam Selatan.
Beberapa minggu kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1975, pasukan
Vietnam Utara menduduki Saigon dan mengakibatkan berakhirnya perang
yang telah berlangsung selama tiga puluh tahun.
Perlu ditiru rasa nasionalisme nya
ReplyDelete