Sejarah Negara Kamboja-Seperti yang tercatat dalam sejarah Khmer, pada awal Masehi, Kaundinya
(dipercaya sebagai seorang Brahmana) yang berasal dari India mengalahkan
dan menaklukkan pribumi dari Queen Soma, orang yang dia nikahi
(Groslier 1962:55), Dilantik sebagai Raja Pertama dari Founan (Funan),
Kaundinya memiliki julukan "King of the Mountain" (ibid:53). Pusat dari
Founan berada di Delta Mekong paling bawah, tetapi wilayahnya dibatasi
oleh bagian Selatan Vietnam, pertengahan Mekong, dan sebagian besar
dibatasi oleh Lembah Menam dan Malay Peninsula. Tidak mungkin bias
menunjukkan dengan cepat dan tepat ibukota dari Vyadhapura, yang disebut
"The Hunter's City."
Menjelang pertengahan abad ke-6 sesudah masehi, Founan sedang
mengalami kemunduran yang krisis. Chenla, sebuah Negara bagian yang
terletak di pertengahan Mekong di wilayah Bassac (bagian Selatan dari
Laos sekarang), berada di bawah penguasaan Champa pada akhir abad ke-5
sesudah masehi
. Menurut sejarah T'ang, kira-kira 706 negara dibagi
dalam dua Negara bagian. Di Bagian Utara, ada beberapa gunung dan
lembah, dan kemudian dikenal sebagai Chenla Kok (Daratan Chenla),
menempati bagian bawah dan tengah Laos di wilayah Bassac. Di bagian
Selatan, perbatasan laut dan dikelilingi oleh beberapa danau, yang
dikenal sebagai Chenla Toeuk (Perairan Chenla), terbentang disepanjang
kolam Mekong, dari air terjun Khon sampai ke laut.
Jayavarman II (802-850), keturunan dari beberapa dinasti pada abad
ke-8, dipercayai telah mengungsi ke Jawa pada saat kekacauan. Tepat pada
awal abad ke-9, dia kembali, memerdekakan, dan mempersatukan Chenla.
Dia dikenal sebagai penemu dari kerajaan Angkorean. Penyatuan Negara
tersebut dimulai sekitar 800 negara, dengan berpusat di danau Tonle Sap.
Kamboja dipersamakan oleh Khmer pada akhir abad ke-8, setelah wilayah
Mon disepanjang pantai Gulf of Siam juga berada dibawah kendali Khmer.
Kerajaan itu bersatu hingga pertengahan abad ke-10. Peradaban pertama
dari Chenla adalah banyak candi-candi tiruan, patung, dan prasasti yang
didirikan seperti apa yang telah kita ketahui sebagai "Seni dari
orang-orang Angkorean sebelumnya." Raja Jayavarman II kemudian menemukan
ibukota yang dekat dengan Roluos di provinsi Siem Reap pada awal abad
ke-9 (Groslier 1962:91, Coedes 1963:79, Stierlin 1983:17-19).
Dari sudut pandang keagamaan, telah dikatakan bahwa semua agama yang
ada di Kamboja berasal dari India, yang pertama ajaran Brahmana dan
kemudian agama Budha. Dalam waktu yang panjang, ajaran Shiva telah
menjadi agama di Negara bagian, sedangkan ajaran Vishnu hanya ada di
istana. Bagaimanapun, agama Budha yang diperkenalkan di Asia tenggara
selama abad ke-3 sebelum masehi, telah diterima secara luas oleh
orang-orang pribumi, dan hidup bersama dengan agama-agama lainnya (Pang
1981:92, Sam 1987:1, Pak Nam 1988:82). Selama masa Angkor sebelumnya,
agama Hindu tidak terlalu banyak diketahui masyarakat; hanya pada
kelas-kelas penting. Masyarakat menganut garis keturunan animism-budaya
tua Mon-Khmer. Peradaban Khmer pada pokoknya berhubungan dengan agama.
Candi-candi dengan symbol dari perintah yang bersifat ketuhanan.
Jayavarman II sebagai penemu kerajaan Khmer menetapkan kekuasaannya pada
sebuah kediaman keagamaan, Lembaga deva Raja atau God-King (raja yang
dikenal sebagai Tuhan).
Angkor adalah kerajaan yang paling kaya dan jaya pada masa sejarah
Khmer. Masa Kejayaannya (sejak abad ke-9 sampai abad ke 15) yang sama
bagusnya dengan candi Angkor Vatt, yang dibangun oleh Raja Suryavarman
II (1113-1150), dan beberapa seni klasik Khmer yaitu arsitektur,
pahatan,kesusastraan,tarian,dan musik.
Jayavarman VII (1181-1218) adalah seorang penganut agama Budha,
sangat saleh,dan penuh perasaan. Selama masa ini (awal abad ke-12)
Mahayana agama Budha memiliki dukungan kerajaan yang kuat dan oleh
karena itu bisa menjadi agama yang dianut di Negara bagian untuk
pertama-tama. Kemudian, pada awal abad ke-14, Khmer telah berubah
menjadi Theravada (Hinayana) agama Budha dan melanjutkan untuk
menganutnya sampai sekarang (sam 1987:1). Telah tercatat bahwa selama
pada saat itu Jayavarman VII dianggap sebagai Buddha Raja atau
"Buddha-King" (Raja yang dikenal sebagai Budha), menggantikan figure
yang sebelumnya yaitu Deva Raja (Coedes 1963:98).
Jayavarman VII Berjaya pada tahun 1181 dan menetapkan ibukota yang
baru yaitu Angkor Thomm, tempat dimana dia membangun candi besar dengan 4
sisi yang dikenal sebagai Bayon. Setelah kematiannya pada tahun 1218,
tidak ada lagi pembangunan candi-candi disana. Masa kejayaan itupun
berakhir. Dibawah kekuasaan pengganti pertamanya, kekuatan Khmer
menurun. Pada tahun 1352 Siamese berhasil merebut Angkor dan
mendudukinya sampai tahun 1357. Pada tahun 1430 siamese meluncurkan
serangan kedua mereka kepada Angkor, memaksa Khmer untuk menyerahkannya
pada tahun 1432 (Delvert 1983:34). Pada masa Lungvek-Oudong (sejak abad
ke-15 sampai abad ke-19), yang diikuti dengan salah satu yang tidak
dikenal. Setelah keruntuhan Angkor, Negara tidak mampu melawan serangan
Siamese, yang mengakibatkan adanya penggabungan provinsi setalah wilayah
provinsi Khmer. Sesudah itu, Khmer memindahkan ibukota-ibukota mereka
dari waktu ke waktu. Akhirnya, dengan bantuan dari Siamese pada tahun
1846, dan Ang Duong dilantik sebagai raja oleh wakil dari Siam dan Dai
Viet (Vietnam). Dia berkuasa sejak tahun 1847 sampai 1860, yang kemudian
dia meninggal (Leang 1965:13). Masa keruntuhan (pada abad ke-15 sampai
abad ke-19) setelah masa kejayaan Angkor, memperlengkapi kita beberapa
seni Khmer. Tidak sampai Raja Ang Duong naik tahta, seni Khmer
dihidupkan kembali dan mulai maju kembali. Abad ke-19 dikenal sebagai
masa yang sangat penting dan bisa disebut "Masa Renainsanse," untuk
pertama kalinya setelah keruntuhan kerajaan, yang diatur oleh raja yang
terdidik dan matang. Raja Ang Duong melanjutkan pendidikan dan bekerja
untuk mengatur ulang infrastruktur Negara (Leang 1965:72, Ly 1969:83).
Dibawah masa Oudong, ibukota dipindahkan di bagian belakang kota
sekarang. Kota Phnom Penh didirikan pada pertemuan empat sungai Mekong,
yang kemudian dikenal sebagai Chaktomouk, yang berarti "empat sisi",
setelah masa tersebut diberi nama. Selama masa Chaktomouk sejak tahun
1864-1953 Kamboja berada di bawah perlindungan Prancis. Kerajaan Khmer,
dipimpin oleh pangeran Norodom Sihanouk memerintah Kamboja sampai 18
Maret 1970 yang pada saat itu Pemerintahan dipimpin oleh Marshal Lon Nol
menggulingkan kerajaan dan memerintah Kamboja sampai 17 April 1975 yang
ketika itu direbut oleh Khmer Rouge dibawah pimpinan Pol Pot sampai 7
januari 1979. Khmer Rouge dipecat oleh orang-orang Republik
sosialis-komunis dari Kampuchea dibawah kekuasaan Heng Samrin. Pada
tanggal 21 Oktober 1991, Perjanjian damai ditandatangani oleh
orang-orang dalam partai politik perang di Paris, yang menghasilkan
pemilihan nasional pada tahun 1993 dibawah dukungan United Nations
Transitional Authority in Cambodia (UNTAC). Setelah pemilihan pada tahun
1993, Kamboja menganut konstitusi yang baru, yang institusi sebelumnya
adalah Sisitem Kerajaan yang dipimpin oleh Norodom Sihanouk sebagai raja
dari Kamboja.
Dibawah pemerintahan Khmer Rouge (1975-1979), Kamboja masuk ke dalam
sebuah julukan "Hell on Earth." Hampir dua juta orang Khmer dibunuh
atau meninggal karena penyiksaan, kelaparan, dan penyakit. Rezim Radikal
Khmer Rouge menghancurkan yayasan Khmer. Mereka menyebabkan kebodohan,
kecurigaan, demoralisasi, dan kemiskinan.
Setelah tahun 1979, budaya Khmer telah dihidupkan kembali hingga
saat ini. Para Artis datang beramai-ramai, berkelompok, dan bekerja
keras untuk membangun kembali kekuatan budaya mereka. Institusi budaya
dibuka kembali dan keterampilan seniman Khmer dipelajari kembali. Mereka
telah berusaha untuk bangkit kembali, menjaga, memelihara, dan
mempromosikan budaya Khmer. Beberapa tradisi yang telah mati, yaitu
sbaek poar (berbau kewayangan), ikhaon ape (teater ape), ikhaon pol srey
(teater naratif wanita), dan ikhaon ken (teater suara) telah bangkit
kembali. Mereka juga berusaha untuk membuat program-program untuk
mendukung budaya yang telah ada, festifal, publikasi, rekaman, wisata,
dan kontak budaya.
MUSIK KAMBOJA
Musik Khmer dikatakan telah ditemukan sendiri dari empat kekuatan
yang berpengaruh: penduduk pribumi Khmer sebelum datangnya budaya-budaya
asing, kemudian diikuti oleh Indian, kemudian cina, dan yang terakhir
dari budaya Eropa. Manifestasi India bisa dilihat pada agama: Ajaran
Brahmana, Hindu, dan Budha; pada literature: seperti Ramayana; dan pada
music, shawms dan gendang dua sisi berbentuk barrel. Pengaruh dari Cina
bisa dilihat seperti berbentuk biola yang memiliki dua senar, drum, dan
simbal. Sedangkan perwujudan budaya Eropa sperti notasi musik dan
alat-alat musik.
Berbicara masalah music, Kamboja memiliki jenis music yang beragam,
perbedaannya hanya antara Khmer atau kadang-kadang dari Khmer Kandal
yang berarti "Middle Khmer" dan beberapa kebangsaan atau beberapa
keompok etnik yang minoritas.
Peradaban Khmer mencapai puncaknya pada masa Angkor, sejak abad
ke-19. Dalam kekompleksannya, ada beberapa budaya yang besar, symbol,
dan penyatuan beberapa budaya. Melukiskan pada diinding di sekitar
candi-candi di daerah Angkor, kita dapat melihat tokoh seperti apsara
(bidadari surgawi atau penari), dengan alat-alat music yang bervariasi,
yaitu pin (harp yang kalihatan tulangnya), memm (bowed monochord), khsae
muoy (music haluan atau plucked monochord), sralai (bambu yang berlipat
empat atau oboe), korng (gong), chhing (simbal kecil), sampho (gendang
barel dua sisi), skor yol (gendang barel yang digantung), dan skor thomm
(gendang dua sisi yang besar).
Instrumen pada musik Khmer dan system nada pada ansambel adalah sama
dengan yang di sajikan pada relief Angkor.sehingga kita mempunyai alas
an mempercayai bentuk musikal dari Khmer kuno.
Terdapat beberapa ansambel musik di Kamboja, yaitu: arakk (
penyembahan kepada roh), kar (perkawinan), yike (teater rakyat asli
muslim), dan basakk (teater asli orang cina). Ansambel ini jarang
diperdengarkan, dan selalu ditampilkan pada acara penyembahan kepada
roh, perkawinan, pemakaman, atau tari dan teater.
Instrumen ini meliputi: terompet, sangkakala, suling, flute, shawm,
alat musik gesek, dulcimer, zither, lute, xilofon, gong , simbal,dan
drum.Pencipta alat musik mereka tidak diketahui. Secara tradisional,
beberapa komposisi tidak ditulis, tetapi diturunkan secara oral. Musik
Khmer bertahan pada stratifikasi polifoni dan berdasarkan tangga nada
pentatonic (lima nada), namun heptatonik (tujuh nada) tidak digunakan.
Hiasan atau ornamentasi adalah karakter musik Khmer.Musisi yang
memainkan memiliki melodi sendiri dalam pikirannya.
Musik Khmer aspek penting pada kehidupan dan kebudayaan Khmer. Musik
melambangkan sejarah, masyarakat, kesenian, adapt istiadat ,dan
kebudayaan Kamboja.
Musik Khmer mempunyai fungsi ganda; sebagai ritual dan hiburan.
Yang pertama, musik memiliki kekuatan untuk memanggil roh. Dan
membangkitkan imajinasi pendengar. Musik mengiringi setiap aspek bangsa
Khmer sejak masa lampau. Musik mencerminkan jiwa dan karakter Khmer.
Di Kamboja, satu-satunya institusi yang menyediakan pendidikan
formal dalam musik adalah RoyalUniversity of Fine Arts di Phnom Penh.
Disamping itu, musik diturunkan oleh gurunya secara formal pada waktu
yang tidak formal, kebanyakan pada keluarga musisi. Sesungguhnya, setiap
desa memiliki ansambel musik. Musisi wanita jarang ditemukan, vokalis
wanita adalah hal yang biasa.
Sistem Tuning
Pada buku ini, penetapan syarat pembagian "nada dengan jarak yang
sama" berhubungan dengan jarak tujuh nada system oktaf. Kata "kunci"
menunjukkan tinggi rendahnya bunyi perkusi dan gong atau seperti
penjarian tidak selalu seperti musik barat.
Konsep dan pernyataan "interval equidistant" di Khmer atau Asia
Tenggara. Tidak dapat dijadikan teori khayalan musik Khmer.
Dapatkah seorang musisi memulai karya musik pada berbagai kunci-dasar
teoretikal equidistant. Musisi Khmer yang memainkan ansambel, memulai
dan mengakhiri karya musik pada tinggi rendah nya nada yang telah
ditetapkan sebelumnya. Bentuk yang dihasilkan bukan sebuah trasposisi
yang sama dengan tinggi rendah bunyi asli namun kenyataan nya dengan
bentuk yang lain. Ketika memainkan musik di kunci yang tidak tepat
adalah seperti bahasa Khmer yang diucapkan dengan bahasa Cina atau
Vietnam dengan aksen yang kuat.
Equidistant adalah teori dan system. Setiap musisi Khmer memiliki system
pengaturan nada sendiri ketika mengatur nada
• Ketika mengatur nada, seorang pemain mencoba bermain tingkat kelima
dengan baik. Musisi Khmer mengatur nada pada instrument yang menggunakan
empat dan lima, dan oktaf yang sempurna.
• Penyanyi khmer tidak menyanyikan interval equidistant.
• Ada semacam "kunci yang salah" pada musik Khmer, bertentangan dengan
konsep dan teori equidistant. Memakai bagian musik dengan kunci yang
salah akan membuat sralai pada situasi yang memalukan.
• Yang menarik, musi Khmer dapat dimainkan instrument musik barat dengan
tingkat kepuasan. Terdapat ansambel musik modern dan popular di kenal
sebagai mohori samai, menggunakan instrument seperti biola, banjo dan
mandolin, gitar dan akordion.
Singkatnya, ketika penyanyi tidak memainkan interval equidistant, alat
musik contohnya: sralai, tidak dibentuk untuk menghasilkan interval
equidistant. Musik Barat digunakan untuk memainkan musik Khmer tidak
tepat dalam menghasilkan interval equidistant, dan musisi tidak bias
memulai disembarang kunci pada musik Khmer.
Tangga Nada
Musik Khmer Berlandaskan pada dua tangga nada utama: pentatonik lima
nada, dan heptatonik tujuh nada. Tidak ada syarat pada tangga nada Khmer
sampai sekarang, ketika kaum terpelajar dan peneliti mulai tertarik
pada hal ini. Pada penjelasan tentang rekaman bunyi Sebuah kumpulan
Musikal Asli: Kamboja, Danielou mengungkapkan tangga nada Khmer untuk
mendukung teorinya:
• Dia percaya Khmer memiliki tangga nada ghandara-grama dari India.
• Dia menyarankan Khmer memiliki sebuah tangga nada setengah nada tanpa
interval kelima dan keempat augmented.
• Dia berpikir Khmer meminjan tangga nada China.
• Tangga nada Khmer bersifat heptatonik (equidistant).
• Pada saat ini, dia melihat Khmer memiliki dua tangga nada,pentatonic
dan heptatonik berdasarkan tangga nada China.
• Dia membagi komposisi Khmer kedalam :kuno" dan "modern".
Memasuki bahan pembuatannya, ada dua tangga nada pentatonik anhemitonik
dan heptatonik.
Dalam konteks pinn peat, tangga nada berdasarkan kunci G (diperkirakan
berdasarrkan kunci Barat), ditekanan warna bagian terakhir.
Sistem
Seperti tangga nada, tidak ada cara yang pasti, dan musisi Khmer tidak
mengungkapkan secara lisan. Sangat suah untuk bertanya kepada musisi
Khmer system apyang digunakan.
Secara keseluruhan, system Khmer dapat diciptakan, termasuk kedalam
parameter dibawah ini:
• Sistem tidak dapat dipisahkan dari tangga nada, pusat tinggi rendah
nada, contohnya, G konstan (dalam tangga nada G) semua adalah final
(termasuk G itu sendiri).
• Sistem, dikenali bergantung pada finalnya dalam hubungan prinsip
tinggi rendahnya nada.
• Pada bidang ini, tangga nada adalah echelle generale, sistemnya gamme
particuliere.
• Karena system berdasarkan kepada final yang berbeda menunjukkan
struktur yang masing-masing berbeda disetiap system.
• Sisitem Khmer di identifikasidengan tinggi rendah nya nadafinal.
Metabol
Pendengar yang tidak tahu musik Khmer mungkin memiliki tanggapan semua
bagian musiknya sama. Ini karena pada tingkat tertentu sama. Sebagian
besar bagian pinn peat berhubungan pada tangga nada G. Bagaimanapun
beberapa bagian seperti Lo dan Rev, menggunakan perubahan metabol pada
level nada yang berbeda. Fungsi metabol sama dengan transposisi. Proses
metabol musik Khmer mudah. Pertama, tidak mengikut sertakan bagian
harmonic dan resolusi terhadap kunci awal dan tonalitas yang ditandai
modulasi Barat. Kedua, tidak ada perubahan kunci warna diganti ke tonal
baru. Ketiga, level baru sama dengan bagian sebelumnya dengahn syarat
dari panjang bagian, progresi nada, dan struktur, kecuali dapat di
tunjukkan pada sebuah gerakan melodis yang berbeda.
TEMPO DAN RHYTEM
Tidak ada tempo tertentu dalam music Khmer. Dalam prakteknya, rhytem
alat music tertentu seperti drum mengatur tempo untuk ensambel. Dalam
istilah rhythmic, seseorang bisa saja kecewa dengan "irama yang kuat"
dan "tekanan."Dengan kata lain, irama yang kuat dari gendang bisa
terjadi pada tekanan dari gendang.
Rhythmik Khmer yang paling pendek mempunyai paling sedikit delapan
pukulan (atau 4/4). Rhythmik dimulai dari irama yang pelan dan kemudian
berakhir pada irama yang kuat. Lagu-lagu dikelompokkan sesuai dengan
beberapa aturan rhytmik seperti muoy choun, pi choan, dan bey choan.
Kemudian lagu tersebut dikenal sebagai Toch Yomm Muoy Choan, Khyal Bakk
cheung Phnomm Pi Choan, Chvea Srokk Morn Bey Choan,dll.
Ketiga rhytmik dibedakan oleh panjangnya cycle. Setiap rhytmik
mempunyai sebuah rhytmik prase dan nuansa yang mencocokkan panjangnya
melodi yang sama.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Sejarah Negara Kamboja"
Post a Comment